-->
News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Ciek tapi Boneh, Partai "Kiblat" Menjadi Penyelamat

Ciek tapi Boneh, Partai "Kiblat" Menjadi Penyelamat

SOLOK, BLKNNEWS.COM - Pasangan H. Nofi Candra, SE dan Leo Murphy, SH, MH, akhirnya bisa mendaftar dan memenuhi persyaratan sebagai Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota Solok periode 2025-2030 di hari terakhir jadwal pendaftaran, Kamis (29/8/2024). Namun, di luar perkiraan, sebagai kader Parpol, keduanya tidak maju dengan Partai Gerindra ataupun Partai Golkar. Demikian juga dengan Parpol-Parpol yang telah menjalin "relasi" kuat dengan mereka sebelumnya, semisal Partai Demokrat, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Amanat Nasional (PAN). 

NC-LM akhirnya maju dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai berlambang Ka'bah ini, sebelumnya justru diduga kuat sudah berada dalam "genggaman" Ramadhani Kirana Putra dan Suryadi Nurdal (RDKP-SN). Namun, berkat kegigihan dan "campur tangan" sejumlah "Mr X", Partai Kiblat akhirnya tampil sebagai "penyelamat demokrasi" dan tradisi banyak kandidat di Pilkada langsung di Kota Solok sejak tahun 2005.

Tradisi banyak kontestan di Pilkada Kota Solok sudah dimulai sejak Pilkada langsung perdana pada tahun 2005. Sebanyak 4 pasangan berlaga, yakni Bulizar Buyung-Noviardi Syam, Mon Suhendra-Mafriyol Muluk, Syamsu Rahim-Irzal Ilyas dan Yumler Lahar-Rosavella Yohariza. Selain 4 Paslon itu, sejatinya ada satu Paslon lagi, yaitu Sabri Yusni-Zul Elfian, namun urung berlaga. Pilkada Kota Solok 2005 akhirnya dimenangkan Syamsu Rahim dan Irzal Ilyas.

Pada Pilkada berikutnya, yakni tahun 2010, sebanyak 7 pasangan Cawako-Cawawako berlaga. Yakni Irzal Ilyas-Zul Elfian, Yumler Lahar-Mon Suhendra, Risman Siranggi-Sukardi, Zulkhairi-Amrinof Dias, Hendri Dunant-Ilzan Sumarta, Ori Affilo-Yanuardi Dt Tanali, dan Reinier-Sabri Yusni. Kontestasi Pilkada Kota Solok, nyaris bertambah dengan calon perseorangan (independen), yakni Ekaveri Siswanto-Zulfadli Ilyas. Namun, hingga batas akhir pendaftaran, keduanya tak mampu memenuhi persyaratan. Pilkada Kota Solok 2010 akhirnya dimenangkan Irzal Ilyas-Zul Elfian.

Pada Pilkada Kota Solok 2015, jumlah kontestan menyusut drastis yakni sebanyak tiga pasang. Mereka adalah Irzal Ilyas-Alfauzi Bote, Zul Elfian-Reinier, dan Ismael Koto-Jon Hendra. Kontestasi ini akhirnya dimenangkan oleh Zul Elfian dan Reinier.

Pada Pilkada 2020, terdapat empat pasangan yang mengadu peruntungan. Yakni Reinier-Andri Marant, Yutris Can-Irman Yefri Adang, Ismael Koto-Edi Candra, dan pasangan yang muncul di detik-detik akhir, yakni Zul Elfian Umar-Ramadhani Kirana Putra.

Pilkada Kota Solok tahun 2020 menyisakan banyak cerita, pengorbanan jabatan, perampasan partai, hingga dugaan pengkhianatan yang membekas begitu dalam. Friksi-friksi (gesekan) yang terjadi menyisakan begitu banyak residu (limbah) "radioaktif beracun" yang efeknya tetap terasa hingga kontestasi Pilkada 2024 ini. Bahkan, mungkin untuk waktu yang lama, hingga napas ada di badan.

Kisah dimulai dengan "dikorbankannya" jabatan Ketua DPRD Kota Solok 2019-2024 oleh Yutris Can demi maju di kontestasi Pilkada 2020. Yutris Can, politisi Partai Golkar menggandeng Irman Yefri Adang, politisi dari PAN. Jauh sebelum memutuskan maju, Boris (sapaan Yutris Can) telah menawarkan lebih dulu kepada hampir seluruh politikus Kota Solok yang berpotensi maju. Seperti Zul Elfian, Ismael Koto, Reinier, termasuk Ramadhani Kirana Putra, kader muda Partai Golkar. Namun, semuanya menolak!

Berikutnya, jabatan Ismael Koto sebagai Ketua DPC Partai Gerindra Kota Solok tiba-tiba dicopot! Bersamaan dengan beralihnya rekomendasi Pilkada Kota Solok ke Reinier-Andri Marant. Saat itu, Reinier adalah petahana Wakil Walikota Solok sekaligus Ketua DPK Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Kota Solok. Sementara, Andri Marant adalah Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Solok. Selain Gerindra, PKPI dan PDI Perjuangan, Reinier-Andri Marant juga "mengamankan" Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang saat itu diketuai oleh Herdiyulis.

Sementara itu, Ismael Koto yang sudah jauh-jauh hari "bersepakat" dengan Edi Candra untuk maju sebagai Cakada, dengan "gagah" mengembalikan harga dirinya. Pasangan IKO-EDI maju di kontestasi Pilkada Kota Solok 2020 dengan "kendaraan politik" Partai Hanura dan PBB.

Turbulensi (guncangan) politik di Kota Solok akhirnya menggelegar, setelah Zul Elfian menarik kembali "sumpah"-nya untuk kembali maju di Pilkada Kota Solok. Sebelumnya, Zul Elfian yang belakangan menambah nama belakangannya dengan "Umar", mengatakan di hadapan publik hanya satu periode sebagai Walikota Solok, dan memilih arena baru di Pilkada Kabupaten Solok. Namun, Nofi Candra mengancam akan undur diri dari Pilkada Kabupaten Solok, jika Zul Elfian Umar tetap ngotot maju di Kabupaten Solok. Apalagi, antara Nofi Candra dan Zul Elfian Umar, selain satu daerah (Nagari Saniang Bakar), juga terkait hubungan paman dan keponakan.

Getaran turbulensi semakin menjadi-jadi, setelah Zul Elfian Umar menggandeng Ramadhani Kirana Putra, kader Partai Golkar. Kesediaan Ramadhani, membuat sejumlah politikus Golkar Kota Solok meradang. Kader Golkar Kota Solok yang paling keras bersuara adalah Nasril In Dt Malintang Sutan, Anggota DPRD Kota Solok tiga periode (2009-2014, 2014-2019, 2019-2024). Apalagi, Ramadhani adalah Ketua Tim Deklarasi Yutris Can-Irman Yefri Adang, hanya beberapa hari sebelum pengumuman Pasangan Zul Elfian Umar-Ramadhani Kirana Putra.

Tak hanya sampai disitu, ZIDANE (akronim pasangan Zul Elfian Umar-Ramadhani Kirana Putra), juga "membajak" rekomendasi dari PAN. Padahal, Irman Yefri Adang adalah kader PAN Kota Solok dan Anggota DPRD Kota Solok dua periode (2009-2014 dan 2014-2019). Irman Yefri Adang memilih tidak ikut Pileg 2019 untuk maju di Pilkada Kota Solok 2020. Akhirnya, Yutris Can-Irman Yefri Adang ikut kontestasi dengan "kendaraan politik" Partai Golkar dan Partai Demokrat.

Meskipun sejarah telah mencatat kontestasi Pilkada Kota Solok 2020 dengan segala turbulensi, intrik dan tampilnya karakter asli masing-masing kandidat, namun polarisasi dan karakter masyarakat terlanjur terbentuk. Eskalasi Pilkada di masa pandemi Covid-19 tersebut, menunjukkan "beringas"-nya politik dan "mencabik-cabik" silaturahim, sekaligus mengukuhkan pameo dalam politik: "Tidak ada teman sejati dan tak ada lawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan".

Pada Pilkada 2024, jurang pemisah antara politikus semakin menganga lebar. Apalagi, hal ini didului dengan Pileg 14 Februari 2024. Dari 6 kontestan yang "kalah perang" di Pilkada 2020 dan tampil di Pileg 14 Februari 2024, hanya Irman Yefri Adang dan Ismael Koto yang berhasil membuktikan kapasitasnya. Irman Yefri Adang terpilih dari Dapil Tanjung Harapan. Sementara, Ismael Koto terpilih sebagai Anggota DPRD Kabupaten Solok dari Dapil 2 (Kecamatan X Koto Singkarak, X Koto Diateh dan Kecamatan Junjung Sirih. Empat lainnya, yakni Yutris Can (PAN Dapil Tanjung Harapan), Reinier (PBB Dapil Lubuk Sikarah), Edi Candra (PBB Dapil Lubuk Sikarah) dan Andri Marant (PPP Dapil Lubuk Sikarah), tak mampu lolos ke DPRD Kota Solok 2024-2029. 

Apapun hasil Pileg 14 Februari 2024, ternyata menggiring seluruh kandidat menjauh dari Pilkada Kota Solok 2024. Bagi yang terpilih, membuat mereka berfikir ulang untuk mengadu nasib di kontestasi Pilkada. Sementara, bagi yang tidak terpilih, mereka menjadi "singa-singa politik" yang terlelap.

Tapi, bukan Kota Solok namanya, jika beragam teori-teori politik akan menjadi antitesis di negeri segitiga emas Sumatera Barat tersebut. Gencarnya Ramadhani Kirana Putra memburu partai-partai menuju "ambisi" menghadapi kotak kosong, seolah telah membuka kotak pandora di pusek jalo Ranah Minang. Gerakan "ambisius" tersebut, telah membangunkan singa-singa politik yang terlelap.

Sejumlah politikus "karatan" kembali tampil ke arena dengan segala pengalaman dan koneksi yang masih tersisa. Nofi Candra dan Leo Murphy yang sebelumnya sudah "pasrah" dengan "keagungan" pasangan Ramadhani Kirana Putra dan Suryadi Nurdal, seakan mendapat darah segar dengan merapatnya sejumlah tokoh yang memilih "turun gunung". Apalagi dengan penggiringan kekuatan besar, dan upaya melawan kotak kosong yang terdengar seperti "otak kosong", membuat para "tuo-tuo silek politik" meradang. Alhasil, gelombang besar perlawanan tercipta secara terstruktur, sistematis dan massif.

Yutris Can, Ismael Koto, Andri Marant, Daswippetra Dt Manjinjing Alam, dan sederet tokoh-tokoh lainnya, dengan terang-terangan menegaskan dirinya berada di pihak Nofi Candra dan Leo Murphy. Tentu, hal ini mengaktifkan "tombol perintah" terhadap barisan dan loyalis mereka.

"Jika dalam seratus persen, sisakan lah 1 persen, karena yang satu persen itu adalah milik Allah. Karena segala sesuatunya di dunia ini, yang menentukan adalah Allah. Terbukti, jalan Allah yang membuat NC-LM mampu tampil di kontestasi Pilkada Kota Solok 2024," ujar Yutris Can.

Fenomena PPP di Kota Solok

Selain terciptanya gelombang besar untuk NC-LM, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjadi fenomena tersendiri di Kota Solok. Bahkan, kantor partai berlambang Ka'bah tersebut dikirimi puluhan karangan bunga usai mendaftarkan NC-LM ke KPU Kota Solok. Peristiwa tak biasa ini, membuat partai yang berkantor di Kelurahan Kampai Tabu Karambie (KTK) itu mendapat apresiasi khusus dari berbagai pihak. 

"Partai Kiblat" ini mendapatkan kiriman karangan bunga dari berbagai organisasi, individu serta pelaku UMKM. Karangan bunga tersebut berisi dukungan terhadap langkah politik PPP di Pilkada Kota Solok.

"Terimakasih PPP telah mengusung NC-LM sebagai calon Wako-Wawako. Semoga PPP semakin jaya dan tetap menjadi partai yang dicintai umat," tulis H. David Ria Shoes dalam karangan bunga.

Nada karangan bunga yang sama disampaikan H. Yenon Orsa dari Jakarta. Kemudian ada dari H. Dep Gubalo Bangunan, serta Putra Gubalo Bangunan. Selain itu juga ada masyarakat atas nama Akar Rumput Olle Noise.

Jejeran karangan bunga tersebut menarik perhatian. Pengiriman karangan bunga tersebut tanpa sepengetahuan ketua DPC PPP Kota Solok, Fakhria Murpe dan jajaran.

"Kami kaget juga, ada banyak karangan bunga. Sudah sejak sabtu kemarin. Dan sampai hari ini masih banyak yang berdatangan. Ada sekitar 20 karangan bunga dari berbagai pihak," ungkap pria yang akrab disapa Ari tersebut.

Ari mengaku sangat bersyukur dengan respons positif masyarakat terhadap langkah politik PPP di Kota Solok. Dukungan masyarakat tersebut menjadi cerminan kepercayaan publik terhadap PPP dalam alam demokrasi Kota Solok.

"Kami sebagai partai politik, yang jelas menyampaikan terimakasih atas dukungan masyarakat. Dan PPP berkomitmen untuk tetap menjaga kedaulatan demokrasi di Kota Solok," tegas Ari.

Seperti diketahui, PPP menjadi satu-satunya partai pengusung pasangan NC-LM di Pilkada Kota Solok 2024. PPP yang mengantongi 4.801 suara (10,5 persen) atau sudah cukup untuk mengantar pasangan NC-LM mendaftar ke KPU Kota Solok. Walau demikian, sejumlah partai non parlemen lain bergabung dengan PPP mendukung NC-LM.

Capaian PPP di bawah kepemimpinan Fakhria Murpe memang sangat signifikan. Setelah hanya mendapat 1 kursi di periode 2019-2024. Kini PPP berhasil menambah satu kursi lagi. Suara PPP naik 100 persen, dari kisaran 2.200 suara menjadi 4.801 suara.

"Mari sama-sama kita satukan tekad dan tujuan untuk berjuang bersama-sama dalam kontestasi Pilkada Kota Solok 2024. Ini bukan hanya sekadar kerja individu atau tim, tapi juga ada campur tangan Allah. Karena Allah lah yang mampu membolak-balikkan hati manusia," sebutnya. (Andar MK)


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama