Enam Tokoh Emansipasi Wanita Indonesia Semangati Siswa SDN 02 Percontohan Bukittinggi.
Oleh Marlina Yosi Yanti S.Pd, Guru SD Negeri 02 Percontohan Bukittinggi.
BUKITTINGGI, blknnews.com - Dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia, perjuangan perempuan untuk memperoleh hak yang sama dalam pendidikan, kehidupan sosial, hingga politik adalah bab penting yang tak boleh dilupakan. Peringatan Hari Kartini setiap 21 April menjadi pengingat akan betapa besar jasa para perempuan pejuang emansipasi, dimulai dari RA Kartini yang membuka jalan menuju kesetaraan.
Tahun 2025 ini, semangat itu kembali menggema, tidak hanya di gedung-gedung pemerintahan atau organisasi wanita, tapi juga menembus ruang kelas di sekolah dasar. SD Negeri 02 Percontohan Bukittinggi menjadi contoh nyata bagaimana sejarah dapat dihidupkan kembali dengan cara yang kreatif dan membumi. Walau dilaksanakan tiga hari setelah tanggal resmi peringatan Hari Kartini, kegiatan ini tetap menyulut antusiasme yang luar biasa.
Menurut pengamatan dan penglihatan penulis dari acara tersebut, menariknya, peringatan tak hanya memusatkan perhatian pada RA Kartini saja, akan tetapi juga menampilkan lima tokoh wanita hebat lainnya yang turut berjuang dalam bidang pendidikan dan hak-hak perempuan, khususnya dari ranah Minangkabau.
Dalam balutan cosplay dan fashion show edukatif, enam siswi kelas 4 SD Negeri 02 Percontohan Bukittinggi tampil memukau sebagai representasi dari RA Kartini, Dewi Sartika, Rasuna Said, Siti Rohana Kudus, Rahmah El Yunusyiah, dan Rosalina Taher. Mereka tidak sekadar berdandan, namun juga mempresentasikan profil tokoh-tokoh yang mereka perankan di hadapan 550 siswa dan majelis guru serta para tamu undangan lainnya.
Kemudian, Enam tokoh yang diangkat dalam acara ini masing-masing memiliki rekam jejak perjuangan yang membanggakan. RA Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita di Jawa. Dewi Sartika, tokoh dari Jawa Barat, mendirikan sekolah perempuan pertama di Hindia Belanda. Dari ranah Minang, hadir nama-nama besar seperti Siti Rohana Kudus, jurnalis wanita pertama Indonesia dan pendiri sekolah perempuan di Kota Gadang; Rangkayo Rasuna Said, pejuang kemerdekaan dan tokoh parlemen pertama yang gigih membela hak-hak perempuan; Rahmah El Yunusyiah, pendiri Diniyah Putri Padang Panjang, sekolah khusus perempuan yang berpengaruh di Asia Tenggara; dan Rosalina Taher, Polwan pertama Indonesia yang berasal dari Bukittinggi.
Kehadiran tokoh lokal seperti Rosalina Taher menjadi bukti bahwa semangat emansipasi bukan hanya warisan tokoh nasional, tapi juga tumbuh kuat dari rahim daerah. Inilah yang kemudian menjadi fokus pendidikan karakter: membangkitkan kebanggaan lokal agar peserta didik mampu meneladani semangat para tokohnya.
Kegiatan ini, menekankan pentingnya peran guru sebagai penghubung antara sejarah dan generasi masa kini. Kita meyakini bahwa sejarah bukan hanya milik buku teks, melainkan dapat dihidupkan dalam kegiatan-kegiatan yang menyentuh hati anak-anak.
Peringatan Hari Kartini di SDN 02 Percontohan Bukittinggi bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi menjadi peristiwa pembelajaran yang menyatukan sejarah, budaya, dan karakter dalam satu panggung.
Dari kegiatan ini, para siswa tidak hanya belajar mengenal tokoh, tetapi juga mulai menumbuhkan semangat perjuangan, kesetaraan, serta keberanian dalam meraih cita-cita.
Melalui langkah kecil ini, Kartini-Kartini masa kini dari Bukittinggi sedang dipersiapkan—Kartini yang berani bermimpi, berilmu, dan siap membawa perubahan positif bagi bangsanya dan Bukittinggi Gemilang khususnya.
Di sela-sela peringatan RA Kartini tersebut, Kepala Sekolah SD Negeri 02 Percontohan Bukittinggi, Ipmaiyaldi, S.Pd, mengungkapkan bahwa acara ini merupakan bagian dari program pengembangan diri siswa yang rutin dilaksanakan setiap minggu ke-dua dan ke-empat di sekolah.
Kali ini, momentum Hari Kartini dijadikan tema utama untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan sejarah kepada siswa melalui pendekatan integratif yang menyenangkan, ungkapnya. (**).